Banyak orang yang
berkata, "Waktu berlalu begitu cepat ya." Memang rasanya baru kemarin
kita mengucapkan 'Selamat Tahun Baru 2019' tetapi hari ini kita sudah akan
mengatakan hal yang sama untuk tahun 2020. Bulan-bulan berlalu dengan cepatnya
selama 2019. Banyak peristiwa terjadi selama tahun
2019 yang membuat kita semua merasa waktu cepat sekali berlalu. Padahal satu
hari masih tetap 24 jam, seperti masa-masa sebelumnya.
Beberapa
hari kemarin sebagian dari kita sudah mengecek daftar resolusi yang dibuat
tahun lalu. Atau bahkan sudah dilakukan sejak masuk bulan Desember. Gundah atau
bahkan merasakan hal yang tidak jelas karena mendapati bahwa resolusi tahunan
beberapa belum tercapai. Namun, sesal kemudian tiada berguna, bukan?
Resolusi yang banyak dicek adalah pencapaian-pencapaian yang dapat
diukur oleh diri sendiri, serta lingkungan. Pencapaian yang bersifat tampak,
kongkret. Omzet perusahaan, jenjang karir dan kepangkatan, prestasi atau achievement, perkembangan usaha, berat
badan turun dengan diet, dan lain-lain. Peningkatan dan penurunannya menarik
sekali untuk diamati dan dianalisis.
Tidak salah tentu saja membuat goals
atau pencapaian secara materi atau hal-hal nampak lainnya.
Tidak pernah salah.
Namun, ada hal yang kita juga harus ingat bahwa ada pencapaian lain yang
sudah selayaknya kita kejar ketika usia kita bertambah. Yap. Pencapaian karakter.
Karena tidak ada SOP khusus yang dapat dikerjakan saat kita mengejar goals ini. Siapa yang berani membuat langkah-langkah
level kesabaran, misalnya, bila tidak melakukannya sendiri. Selain goals karakter, yang berdekatan dengan
hal ini adalah misalnya goal relationship. Bagaimana hubungan kita dengan orang tua, mertua, saudara
kandung, saudara ipar, kerabat jauh, rekan kerja, partner bisnis, tetangga
sekitar rumah atau kepada orang-orang
yang kita anggap tidak penting di sekitar, seperti petugas janitor mal, OB
dan OG di kantor, ART di rumah, satpam kompleks, security di stasiun MRT,
petugas TransJakarta.
Apakah ada standar khusus bahwa kita sudah menjadi orang baik?
Berat, ya, menjawabnya. Hehehe.
Apakah kita juga sudah mengukur pencapaian perbaikan karakter kita selama
tahun 2019, termasuk hubungan atau relationship
dengan sekitar? Apakah benar kita sudah lebih sabar selama tahun 2019 dibanding
tahun-tahun sebelumnya? Apakah benar kita sudah jauh lebih jujur ketimbang
masa-masa sebelumnya? Apakah kita sudah bisa dengan mudah memaafkan orang yang
tidak sengaja menginjak kaki di KRL atau yang tetiba menyerobot di jalan raya
saat mengemudi dibanding tahun lalu?
Apakah kita sudah lebih baik dalam mengekang tali pengendalian diri kita
selama 2019 dibanding sebelumnya?
Berapa banyak kasus yang terjadi di sekitar kita akibat rendahnya
kemampuan pengendalian diri? Misalnya, ingat kasus yang baru-baru ini marak
dibagikan videonya tentang seorang ibu yang mengendarai kendaraan lalu
mengata-ngatai sesame pengendara lain dengan istilah rasis hanya karena masalah
yang mungkin dapat diselesaikan dengan ngopi
atau ngeteh bersama. Kemudian
warganet lain yang juga masih memiliki tingkat pengendalian diri yang belum
mumpuni ikutan menebar tagar di akun-akun pribadinya. Jelas tagar yang memicu
perpecahan.
Berapa banyak dari kita yang menyadari bahwa ternyata kemampuan dalam
pengendalian diri serta karakter kita membawa dampak yang begitu luas kemudian?
Saat kita membiarkan amarah kita meledak atau membaiarkan jempol kita
terpancing berkomentar, saya yakin bahwa kita belum sedalam itu memikirkan
dampak yang akan timbul dari ledakan
emosi kita.
Puluhan tahun lalu saat saya membaca buku Quantum Learning karya Bobbi
DePoter dan Mike Hernacki, ada bab yang membahas AMBAK. Singkatan dari Apa Manfaatnya Bagiku. Dan kata itu
seringnya menjadi pengingat buat diri saya pribadi bila saya akan melakukan
sesuatu yang agak ajaib semisal
meliarkan amarah dan emosi saya di tempat dan saat yang tidak sesuai. Tidak selalu
ingat bahkan, tetapi setidaknya bila terlanjur meluapkan emosi, saya menjadi
lebih mudah ingat dan bertanya pada diri sendiri, apa manfaatnya respon saya
barusan buat diri saya ya?
Dan jawabannya kebanyakan hanyalah karena ingin urusan ego dan ke-aku-an belaka. Dengan kata lain, respon
yang telah saya lakukan ternyaa tidak membawa manfaat apapun buat diri pribadi
dari sisi peningkatan karakter.
Tenang…. Saya pun masih manusia biasa yang daif dn banyak khilaf.
Menulis seperti ini juga sekalian mengingatkan diri saya pribadi bahwa
masih banyak yag harus saya benahi hari lepas hari, peristiwa lepas peristiwa.
Menjadi salah itu manusiawi, namun, kita akan menjadi manusia yang lebih
baik bila kita telah sanggup secara cepat memperbaiki kesalahan itu dan meminta
maaf atau mengampuni. Kemudian secara cepat menganggap hal yang kita berikan
respon lebih tadi ternyata adalah hal yang sangat tidak penting buat kita,
tidak membangun diri pribadi justru sebaliknya mendorong mundur kualitas
karakter kita.
"Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response. In our response lies our growth and our freedom.”―
Quote di atas menarik sekali bila dicermati dan dijadikan pembelajaran serta
pengingat bahwa respon kita menunjukkan kedewasaan kita, pertumbuhan emosi
serta karakter juga. Kadang kita sendiri tidak menyadari bahwa permasalahan
dapat muncul karena respon kita, bukan karena masalah itu sendiri. Atau dapat juga
bahwa respon kita memperburuk situasi permasalahan yang telah ada sebelumnya. Runyam.
Januari 2020 ini telah dibuka
dengan hujan semalam yang dingin dan menyisakan genangan air di banyak tempat
di area ibukota. Sudah saatnya kita mulai menuliskan resolusi, target, goals,
untuk satu tahun depan. Jangan lupa dibuat secara periodik misalnya setiap tiga
bulan dan enam bulan juga. Sisipkan target perbaikan karakter serta hal-hal
yang akan terdampak dari perbaikan itu. Buat dengan teknis yang mudah diukur
oleh diri sendiri. Karena sebenarnya hanya kita yang mampu mengukur peningkatan
karakter itu sendiri meskipun lingkungan sekitar akan merasakan kebaikan yang
terpancar. Perbaikan karakter kita tentu saja akan berdampak langsung dan tidak
langsung terhadap pelbagai jenis relationship
yang kita miliki. Jangan lupa juga, rayakan setiap perbaikan karakter yang
telah kita capai seperti saat kita merayakan prestasi-prestasi kita yang nampak
lain. Berikan penghargaan pada diri sendiri setelah secara periodic terbukti
makin sabar, misalnya.
Berterimakasih pada tahun 2019 yang telah banyak memberikan kesempatan belajar
dan menjadi lebih baik. Siap menyambut tahun 2020 yang akan membawa banyak
kesempatan baik untuk terus belajar dengan kerendahan hati.
Selamat tinggal kenangan tahun 2019, selamat datang mimpi dan harapan
selama 2020.
Harapan selalu menanti
BalasHapusdi setiap pergantian waktu,
yg senantiasa melaju
sesuai iramanya sendiri.
Akankah kaugantungkan harapan
hanya pada waktu
yg berjalan maju
tanpa peduli denganmu??